Breaking News

Jumat, 04 Agustus 2023

Materi Kelas VII : Strategi Dakwah Nabi Muhammad Saw Periode Mekkah

 

Nabi Muhammad SAW memiliki berbagai strategi untuk mencapai misi dakwah tersebut. Secara garis besar nabi Muhammad SAW menerapkan dua strategi dakwah yaitu dakwah secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan.

1.Dakwah nabi Muhammad SAW secara sembunyi-sembunyi ( Ad-da’wah Bi Al-Sirr )

Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada masa awal kerasulan. Nabi Muhammad SAW menerima risalah yang harus disampaikan kepada manusia. Adapun masyarakat jahiliyah di sekitarnya gemar melakukan perbuatan tercela. Saat itu hanya nabi Muhammad SAW seorang yang beriman dengan benar kepada Allah SWT. 

Adapun kaum Quraisy merupakan masyarakat yang sangat loyal memegang kepercayaan nenek moyang. Dengan kenyataan tersebut, bukan tindakan bijak jika nabi Muhammad SAW langsung berdakwah secara terang-terangan kepada masyarakat Mekkah.

Dakwah dan strategi ini berlangsung sekira 2 tahun, pada saat itu nabi Muhammad SAW ditunjukkan kepada keluarga dan para sahabat terdekat. Khodijah, istrinya merupakan wanita pertama yang beriman dan menerima ajaran tauhid, disusul oleh abu bakar dan Ali bin Abi Tholib. 

Melalui perantara abu bakar banyak masyarakat Mekah mengikuti seruan dakwah nabi Muhammad SAW. Mereka yang masuk Islam antara lain Utsman bin Affan, Abdurrahman bin auf, Talhah bin Ubaidillah, sa’d bin Abi waqas, Ubaidillah bin jarrah, dan Zubair bin awwam. Orang-orang yang pertama masuk Islam atau pada masa awal dakwah nabi Muhammad SAW, dikenal dengan sebutan as sabiqun Al awwalun.

Kaum Quraisy mulai menunjukkan permusuhan kepada nabi Muhammad SAW, ketika mendengar beberapa orang Mekah memeluk agama Islam. Mengenai informasi tersebut para assabiqunal awwalun sangat berhati-hati ketika hendak melaksanakan ibadah, orang-orang yang telah menerima ajaran nabi Muhammad SAW tidak hanya berdiam diri. 

Mereka aktif mengajak saudara atau keluarga dekatnya meninggalkan ajaran nenek moyang, keaktifkan mereka menyebabkan jumlah umat Islam semakin hari semakin bertambah. Hingga tahun ketiga setelah masa kerasulan Muhammad SAW, masih menyembunyikan ajaran yang diterimanya dari Allah SWT. Beliau merintis dakwah secara ifradiyah (ajakan kepada seseorang secara sembunyi).

2.Dakwah nabi Muhammad SAW secara terang-terangan ( Ad-Da’wah Bi Al-Jahr )

Allah SWT bersabda dalam Al Qur’an surah asy-syura ayat 214-216 yang artinya ”Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu. kemudian jika karena mendurhakaimu maka katakanlah (Muhammad) sesungguhnya aku tidak bertanggungjawab terhadap apa yang kamu kerjakan.”(Qs asy Syura 214-216).

Ayat tersebut merupakan perintah Allah swt kepada nabi Muhammad Saw untuk berdakwah terang-terangan.nabi Muhammad Saw kemudian mengundang Bani Abdul Muthalib pada jamuan makan .beliau mengajak keluarga besarnya untuk menyembah Allah SWT.di tengah upaya berdakwah kepada keluarganya,nabi Muhammad Saw menerima Wahyu surat Al Hijr ayat 94-96 yang artinya

“maka sampaikanlah (Muhammad)secara terang-terangan segala apa yang telah di perintahkan (kepadamu)dan berpalinglah dari orang yang musyrik sesungguhnya kami memelihara engkau yaitu orang yang menganggap adanya tuhan selain Alloh mereka kelak akan mengetahui (akibatnya).”(QS Al Hijr 94-96)

Nabi Muhammad Saw tidak menyerah,suatu hari beliau naik ke bukit shofa seraya mengajak penduduk Mekkah Menyembah Alloh swt. mendengar ajakan nabi Muhammad Saw Abu lahan dengan lantang berteriak “celaka kau hari ini untuk ini engkau mengumpulkan kami?abu lahab termasuk orang yang paling keras menentang dakwah Islam.tidak heran Jika Alloh SWT mengancamnya melalui surat Al lahab ayat 1-3 Yang artinya:

“Binasalah kedua tangan abu lahab dan benar-benar binasa dia! tidaklah berguna baginya , hartanya,dan apa yang di usahakan kelak dia akan masuk dalam api yang bergejolak (neraka).(QS Al lahab 1-3).

 


Read more ...

Sabtu, 20 Mei 2023

Sejarah Singkat Khulafaur Rasyidin [SKI KELAS VII]

 

Khulafaur Rasyidin adalah kekhalifahan pertama yang berdiri setelah wafatnya Nabi Muhammad pada 632 masehi. Khulafaur Rasyidin berjumlah empat khalifah, yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Pada masa kepemimpinannya, Khulafaur Rasyidin memberi kontribusi besar dalam peradaban Islam. Para khalifah yang berkuasa selalu menerapkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kepemimpinannya dan mereka dikenal mempunyai perilaku terpuji yang patut diteladani umatnya. Pada masa kejayaannya, Kekhalifahan Rasyidin membentang dari Jazirah Arab, Levant, Kaukasus, sebagian Afrika Utara, dataran tinggi Iran, dan Asia Tengah. 

Khulafaur Rasyidin 

Khulafaur Rasyidin berasal dari dua kata, khulafah dan ar-rasyidin. Khulafah adalah bentuk jamak dari khalifah, yang artinya pengganti, pemimpin, atau penguasa yang diangkat setelah Nabi Muhammad untuk melanjutkan tugas beliau sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan, tetapi bukan sebagai nabi atau rasul. 

Sedangkan ar-rasyidin adalah bentuk jamak dari ar-rasyid yang artinya orang yang mendapat petunjuk. Jadi menurut bahasa, Khulafaur Rasyidin adalah orang yang ditunjuk sebagai pengganti, pemimpin, atau penguasa yang selalu mendapat petunjuk dari Allah. 

Sejarah Khulafaur Rasyidin 

Setelah Nabi Muhammad wafat, umat muslim sempat mengalami kebingungan karena beliau tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikanya sebagai pemimpin umat Islam. 

Hal itu secara tidak langsung memberikan kebebasan kepada umat Islam untuk membuat model pemilihan khalifah. Tidak lama kemudian, sejumlah tokoh Muhajirin dan Ansar berkumpul di balai kota Bani Sa'idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin selanjutnya. 

Musyawarah tersebut berjalan cukup alot, karena masing-masing pihak sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Abu Bakar kemudian menengahi dengan mengatakan bahwa umat Islam hendaknya memilih seseorang yang tidak pernah meminta kekuasaan, sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad. 

Selain itu, kekhalifahan seharusnya dipegang oleh orang yang mampu memegang amanah, tidak gila akan kekuasaan, peka terhadap masyarakat, dan tidak silau harta. Dengan kriteria tersebut, umat muslim sepakat memilih Umar bin Khattab. 

Akan tetapi, Umar bin Khattab menolak dan justru meminta Abu Bakar untuk menjadi pemimpin. Penyataan Umar bin Khattab pun diamini oleh kaum Muhajirin dan Ansar serta seluruh umat Islam. 

Dengan demikian, Abu Bakar resmi diangkat menjadi khalifah pertama yang mendapat amanah untuk melanjutkan kekhalifahan Islam. 

Pemerintahan Khulafaur Rasyidin 

Khulafaur Rasyidin memegang kendali pemerintahan Islam selama kurang lebih 30 tahun, dari 632-661 masehi, dan setiap khalifah mempunyai kebijakan berbeda. 

1. Abu Bakar As Siddiq (632-634 M) 

Pada masa pemerintahan Abu Bakar As Siddiq (632-634 M), terjadi Perang Riddah atau perang melawan kemurtadan untuk mengatasi perpecahan yang terjadi setelah Nabi Muhammad wafat. Di akhir kepemimpinannya, Abu Bakar memperluas daerah kekuasaan dengan mengirim tentara ke luar. 

2. Umar bin Khattab (634-644 M) 

Ketika Abu Bakar digantikan Umar bin Khattab (634-644 M), Islam mengalami kemajuan sangat pesat. Pasukannya berhasil mengalahkan dua kekuatan besar saat itu, yakni Romawi di Barat dan Persia di Timur. Selain itu, kekuasaan Islam pada masa pemerintahan Umar meliputi jazirah Arab, Palestina, Suriah, sebagian Persia, dan Mesir. Umar juga mengesahkan ketentaraan, kepolisian, pekerja umum, sistem kehakiman, hisbah (pengawasan) terhadap pasar, membangun pusat pengawasan terhadap takaran atau timbangan, mencetak uang negara serta membangun Departemen Pajak dan Tanah (Diwan al Kharj) dan Departemen Keangan (Diwan al Mal). Sedangkan kepada kelompok nonmuslim, Umar memberikan kemerdekaan beragama. Baca juga: Masuknya Islam ke Nusantara 

3. Usman bin Affan (644-655 M) 

Di masa kepemimpinan Usman, umat Islam mengalami era paling makmur dan sejahtera. Wilayah Islam diperluas hingga ke Tripoli, Armenia, Turkistan, dan Cyprus. Namun di periode kedua, terjadi perpecahan dan pemberontakan karena jabatan-jabatan strategis di pemerintahan diberikan Usman kepada keluarganya dari Bani Umayyah. Pada 655 M, sekitar 1.500 orang bahkan datang ke Madinah untuk memprotes kebijakan Usman. 

4. Ali bin Abi Talib (655-660 M) 

Ali bin Abi Talib berusaha mengatasi pemberontakan dengan menarik para amir yang sebelumnya diangkat oleh Usman. Ia juga mengambil alih tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatan kepada negara. Ali bin Abi Talib juga menghadapi pemberontakan dari Talhah, Zubair, dan Aisyah karena tidak mau menghukum pembunuh Usman. Mereka minta agar ada pembalasan dan meletuslah Perang Jamal (unta) karena Aisyah menunggang unta. Di akhir pemerintahannya, umat terpecah menjadi tiga golongan dan Ali bin Abi Talib terbunuh oleh salah satunya. Wafatnya Ali menandai berakhirnya Khulafaur Rasyidin.   

Referensi: Sohibi. (2019). Khulafaur Rasyidin. Semarang: Mutiara Aksara.


Read more ...

Menag: Kebijakan Pendidikan Ikut Kemendikbud, Kemenag Kembangkan Ciri Khas Keagamaan

 


Jakarta (Kemenag) --- Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan seluruh kebijakan penyelenggaraan pendidikan nasional mengikuti regulasi yang disusun dan diterbitkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Penyelenggaraan pendidikan di lembaga pendidikan binaan Kementerian Agama, menurut Menag, ber”makmum” pada kebijakan Kemendikbudristek. Hanya dalam hal tertentu, jika dibutuhkan aturan spesifik, Kementerian Agama membuat peraturan diskresi jika dibutuhkan.

“Tentunya setelah dilakukan kajian mendalam dan mendapatkan masukan-masukan yang relevan,” terang Menag saat menjadi narasumber pada Musyawarah Nasional Ikatan Sarjana Pendidikan (ISPI) VIII dan Seminar Nasional Pendidikan Tahun 2022 yang digelar secara Hybrid di Jakarta Rabu, (15/6/2022).

Menag mencontohkan kebijakan yang dibuat Kemenag dalam penyelenggaraan Pendidikan Profesi Guru (PPG) bagi Guru Madrasah pengampu mata pelajaran agama/keagamaan. Menurutnya, kebijakan umum dari Kemendikbudristek, penyelenggaraan PPG pada tahun 2021 dalam hitungan hari aktif berlangsung selama 58 hari.

"Melalui KMA Nomor 743 Tahun 2020, Kementerian Agama menyelenggarakan PPG Keagamaan dalam durasi waktu 96 hari dengan pertimbangan guru-guru madrasah perlu mendapatkan sentuhan familiarisasi teknologi informasi dalam proses pembelajaran," jelasnya.

Lebih lanjut, Menag mengatakan bahwa madrasah merupakan sekolah umum berciri khas agama. Karena masuk kategori sekolah, maka standar yang diacu adalah standar yang ditentukan secara nasional. Kementerian Agama hanya melakukan pengembangan sesuai kewenangannya, yakni pengembangan ciri khas keagamaan.

"Pada intinya, penyelenggaran pendidikan adalah masalah nasional dan harus selalu didiskusikan secara bersama-sama, dikaji secara mendalam dengan melibatkan banyak pihak pemangku kepentingan (stake holders)," tegasnya.

Secara nasional, Kementerian Agama saat ini mengelola 82.418 madrasah, dengan rincian 7,9% berstatus negeri dan 92,1% berstatus swasta.

Read more ...

Peranan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) dalam Pendidikan

 

Pendahuluan

Teknologi (Artificial IntelligenceAI atau kecerdasan buatan  mengalami perkembangan yang masif dari tahun ke tahun. Kehadirannya dengan fitur, fungsi, dan tampilan yang baru semakin berdampak pada banyak aspek kehidupan manusia tidak terkecuali dalam pendidikan (Luger dan Stubblefield, 1993). Kecerdasan buatan mulai mengambil peran dalam kegiatan pembelajaran di sekolah maupun perguruan tinggi (Mulianingsih, dkk. 2020). kecerdasan buatan menjadi bagian primer dalam tumbuh kembang teknologi pendidikan. Hal ini tentu memberikan implikasi secara eksplisit terhadap kehidupan kerja manusia di masa depan.

Bila kita berbicara teknologi pendidikan, kita harus fair mengatakan bahwa belum sepenuhnya teknologi ini digunakan dalam pembelajaran. di era sekarang yang semakin kompetitif, masih terdapat lembaga pendidikan yang belum menerapkan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar. Seyogyanya, sekolah di era sekarang harus memanfaatkan lahirnya teknologi-teknologi yang memudahkan pekerjaan guru ataupun siswa (Tjahyanti, dkk. 2022). sekolah bisa memanfaatkan aplikasi atau media yang dapat mengotomatiskan tugas-tugas seperti memberikan umpan balik, memilih materi pembelajaran yang sesuai, maupun menyelaraskan kurikulum dengan kebutuhan siswa.

Pengertian Kecerdasan Buatan

Teknologi kecerdasan buatan (Artificial IntellegenceAI  terus dikembangkan oleh para ahli sehinggan  dapat berkembang pesat.H. A. Simon mengklaim bahwa kecerdasan buatan (AI) adalah bidang yang memungkinkan komputer melakukan tugas-tugas yang lebih unggul dari manusia. Knight dan Rich setuju dengan Simon bahwa kecerdasan buatan (AI) adalah cabang ilmu komputer yang memandang upaya membangun komputer sebagai sesuatu yang dapat dilakukan manusia, bahkan lebih baik dari itu.

Diciptakannya kecerdasan buatan (Artificial Intellegence) bertujuan antara lain:

1. Diperkirakan AI akan digunakan untuk membuat perangkat lunak atau robot yang dapat membantu manusia dalam rutinitas sehari-hari.

2. Diperkirakan kehadiran AI akan membuat mesin lebih pintar dari sebelumnya.

3. Diharapkan dapat benar-benar membantu manusia dalam memecahkan masalah yang kompleks, seperti melalui pengembangan kalkulator pintar berhitung cepat.

Manusia dapat merasakan berbagai manfaat yang juga dimiliki kecerdasan buatan, seperti:

1. AI tidak memihak, terlepas dari penggunanya. Tanpa memperhitungkan faktor apapun, penilaian yang telah dibuat adalah benar.

2. AI tidak dapat diubah dan tidak dapat diubah. Ini dapat digunakan berulang kali. Kerugian mengadopsi AI termasuk fakta bahwa meskipun akan bekerja tanpa lelah dan terus menerus, sistem tidak akan dapat menyerap masukan yang menyimpang dari apa yang telah diprogram.

Pembahasan

Pembelajaran Mandiri

Setiap orang tua perlu melakukan screening terhadap minat dan bakat yang dimiliki setiap anak. kita tahu, bahwa setiap anak memiliki keistimewaan. jika keterampilan kerja yang diinginkan oleh orang tua diajarkan pada usia muda, anak-anak dapat terus mengembangkannya selama masa belajar mereka di sekolah. salah satu keterampilan yang dapat diajarkan sejak dini adalah kontrol dan pemantauan terhadap pembelajaran mereka sendiri. hal ini juga dikenal dengan istilah pembelajaran mandiri (Zimmerman, 1990). sebuah sistem yang memungkinkan pelajar untuk proaktif mengubah kemampuan mental menjadi keterampilan akademik melalui pemikiran, perasaan, dan perbuatan yang membantu mereka mencapai tujuan.

Pelajar atau siswa yang dapat mengatur sendiri pembelajaran mereka dengan cara ini. rumah dan sekolah melalui orangtua dan guru memfasilitasi dengan baik untuk menavigasi laju kehidupan yang lebih cepat di era kecerdasan buatan. siswa dapat memahami dan mengelola keterbatasan mereka selama belajar. kenyataan yang terjadi di lapangan dapat dikatakan berbeda. meskipun keterampilan belajar mandiri menghasilkan manfaat akademis (Zimmerman, 1990), masih banyak anak-anak yang tidak diberi kesempatan yang cukup di sekolah untuk mengeksplorasi dan mempraktekkan keterampilan ini dengan dukungan guru mereka. ketika anak-anak menggunakan aplikasi pembelajaran digital informal, misal aplikasi YoutubeInstagram atau Tiktok, mereka mungkin memiliki terlalu banyak kebebasan, yang mengakibatkan pembelajaran yang tidak produktif. dapat dikatakan, sekolah masih memihak pada teknologi pendidikan yang formal seperti e-book maupun video animasi. 

Kita kembali dihadapkan dengan pertanyaan apakah anak-anak kita mampu mengendalikan dan menavigasi diri dengan kecerdasan buatan. dengan memilih kecerdasan buatan, tentu memberikan porsi besar atas kendali di pembelajaran. anak-anak akan terbiasa dengan hal-hal otomatis sehingga menekan peluang bagi mereka untuk mengembangkan keterampilan belajar secara mandiri. maka, penting bagi orangtua dan guru dalam membekali, mengawasi, dan mengevaluasi anak-anak dalam rangka menata sistem belajar dan menggunakan teknologi pendidikan secara bijak dan efektif.

Penghubung Antara Siswa dan Guru

Terjadi bias pada saat anak-anak mengembangkan keterampilan belajar mandiri dan ketika anak-anak memanfaatkan teknologi pendidikan. Pembelajaran mandiri berpusat pada kebebasan di siswa dalam menggali dan mengolah informasi. Adapun pembelajaran yang memanfaatkan alat digital, menimbulkan pertanyaan, “Siapakah penanggung jawabnya?” “Apakah itu pelajar, guru, atau alat digital itu sendiri?”. Alat pendidikan digital mengumpulkan banyak data tentang pembelajaran, dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dapat menggunakan informasi ini untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang proses pembelajaran. 

Lalu, apakah data dan algoritma kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dapat digunakan untuk memberdayakan siswa dan guru? Tentu untuk mencapai hal ini, siswa dan guru membutuhkan keterampilan yang lebih kuat untuk memanfaatkan dukungan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) secara maksimal.

Pertama, siswa dan guru harus mampu beradaptasi dengan situasi dan tugas baru, karena perubahan sosial semakin sering terjadi di era kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Semakin banyak alat digital akan dibawa ke ruang kelas, dan guru serta siswa perlu berkolaborasi saat mereka mencari cara untuk menggunakannya secara efektif. 

Kedua, pelajar dan guru perlu berkolaborasi secara produktif dan mahir dengan manusia dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Saat siswa bekerja dengan teknologi dalam kelompok, interaksi sosial yang positif dan keterampilan pengaturan seperti perencanaan dan pemantauan adalah kunci pembelajaran (Isohätälä, 2020).

Ketiga, menurut Zulkifli (2006) siswa membutuhkan dukungan sosio-emosional untuk mengatasi masalah yang menantang. disini muncul peran penting orang tua dan keluarga dalam memberikan dukungan itu untuk membantu siswa memahami dan mengelola keadaan emosi dan motivasi mereka sendiri. Tidak kalah penting, siswa perlu  membuat adaptasi skala kecil dalam rangka mewujudkan progres yang nyata (Sobocinski, dkk. 2022). Misalnya, mereka dapat mengambil inisiatif, menetapkan tujuan, dan memantau diri sendiri saat bekerja dengan orang lain dan dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Semua keterampilan dan kompetensi ini sangat penting untuk memberikan kebebasan kepada siswa dan guru. 

 Penerapan AI dalam Kegiatan Pembelajaran

            Terdapat dua pendekatan yang dapat diterapkan untuk menerapkan kecerdasan buatan (AI) di lingkungan pendidikan. Pertama, pengalihan tugas guru ke sistem AI, yang bertindak sebagai tutor untuk setiap siswa. Adanya teknologi pintar yang menyesuaikan konten untuk setiap pembelajar sudah digunakan secara luas di banyak ruang kelas, dalam bentuk sistem tutor cerdas (Moleenar, 2021). Peran alternatif AI adalah untuk menambah kecerdasan manusia dan membantu manusia dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Terdapat beragam hal yang dapat dilakukan untuk menerapkan  AI dalam kegaiatan pembelajaran. Semakin berkembangnya zaman, menuntut segala bidang termasuk pendidikan untuk beradaptasi maupun berkolaborasi untuk memecahkan masalah.

  1. Mentor Virtual

Internet sekarang yang universal diciptakan sebagai sarana untuk menyebarkan informasi, pengetahuan, dan pemikiran tentang berbagai topik. Salah satu program yang berjalan bersama The Lab System, yang beroperasi lebih sebagai lingkungan multimedia dengan eLearning terintegrasi, adalah Virtual Mentor. Menurut makalah Jurnal Sistem Informasi Komputer, fitur mentor virtual lebih berguna daripada instruksi kelas biasa (Zhang, 2004).

Jika Learning by Asking (LBA), juga dikenal sebagai pembelajaran interaksi, tidak digunakan, pembelajaran interaksi tidak akan terjadi. Akan ada dua komponen utama saat menggunakan LBA ini (Video Streaming Server dan Web Server). Pengolahan video asli oleh kedua komponen ini akan menghasilkan generasi pertanyaan yang nantinya akan menjadi salah satu data pertanyaan yang selanjutnya dapat dipanggil kembali dan dikembangkan tergantung pada intensitas pertanyaan yang muncul dan perubahan video yang diproses. Ketersediaan mentor virtual seperti LBA membuat kontak menjadi lebih efisien dari sudut pandang manajerial dan keuangan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Ilustrasi Mentor Virtual

  1. Voice Assistant

Pengguna dapat belajar tanpa harus membaca berkat fitur asisten suara atau voice assistant, pengganti suara. Membaca informasi yang mengaktifkan asisten suara akan berbeda dengan proses kognisi manusia seperti penyerapan informasi dari suara. Voice Assistant dijelaskan dalam satu contoh sebagai alat untuk memahami sudut pandang guru. Esai ini membahas bagaimana guru melihat integrasi teknologi asisten suara di kelas, yang akan memberikan wawasan tentang pengaturan ruang kelas di masa depan (Jean-Charles, 2018). Voice Assistant saat ini sedang dikembangkan untuk digunakan di berbagai perangkat teknologi. Dalam ruang kelas, fitur ini mempercepat pencarian siswa terhadap materi-materi tambahan. Adanya voice assistant juga membuat memungkinkan siswa mendapatkan informasi yang transparan dan akurat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2. Ilustrasi Voice Assistant

 

 

 

 

 

  1. Smart Content

Sebuah aplikasi bernama Smart Content menawarkan data seperti laporan cuaca, berita terbaru, alarm, dan laporan perdagangan pasar saham. Fungsi ini menyediakan bahan bacaan terbaru dari buku-buku yang baru dirilis serta pencari informasi sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang tercakup dalam bidang pendidikan. Kemampuan ini tersedia dalam aplikasi seperti Cram101, yang membagi buku teks digital menjadi beberapa bab. Hal ini akan memudahkan pembaca—dalam hal ini siswa yakni untuk menggali informasi yang mereka cari. 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3. Aplikasi Cram 101 dalam memecah buku menjadi beberapa bagian

  1. Presentation Translator

Presentation Translator atau penterjemah presentasi memiliki kegunaan untuk menjelaskan atau mempresentasikan sebuah teks dari bahasa yang berbeda ke dalam bahasa yang diinginkan. Pengguna hanya perlu mendengarkan berbagai macam teks pidato, artikel, ataupun buku digital tanpa perlu membaca dan menerjemahkan satu persatu. Teknologi ini memungkinan pengguna mendengarkan ucapan atau kalimat bahasa asing ke dalam bahasa ibu mereka.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4. Fitur Presentation Translator

 

Simpulan

Kehadiran    teknologi    AI    merupakan sebuah  terobosan  di  bidang teknologi  pendidikan  untuk memudahkan  pembelajaran. Penggunaan teknologi dengan bijak dan terkendali dapat memicu akselerasi pendidikan. Kemunculan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intellegence) juga dapat menanamkan sifat mandiri dalam diri pelajar. Guru tidak dibebani peran yang begitu dominan, namun, tugasnya menjadi spesifik dalam lingkup memberikan pencerahan  dengan  kata  kunci  yang  substansial. Pangkal dari setiap pemanfaatan teknologi bagi guru adalah tetap mengedepankan esensi dari mengajar  yaitu  menata moral dan perilaku dari pelajar. Adapun bagi pelajar, adanya teknologi pendidikan dapat membantu mereka dalam mengontrol dan memantau pembelajaran mereka sendiri, memungkinkan mereka untuk hidup dan bekerja dengan baik di masa depan.


Oleh: Lukman Hakim, S.Sos, MM.

Fungsional PTP ahli Madya, Direktorat PPG

email : lukmanhakim92@dikbud.belajar.id


Read more ...
Created By SBTemplates | Distributed By Free Templates Site